Thursday, September 13, 2012

Curahan Hati


Bulan yang indah ku nikmati sendiri d ats rmh q,,,
nampak sunyi d skitar rmh q,,
taq satu dari mereka pun terlihat...

yg kini q rsakan ad ksepian,,,
tanpa mreka d skitr q ,,yg slalu mengganggu q,,
kini q bru mrasakan kehilangan ...."

rsa glisah yg taq mw brhnti,,,
mungkinkah ini d nama kan rindu??
aq mrindukanmu kawan" q....:A
masihkah kalian ingat saat kita brcanda brsama..??
ingin q ulang kmbali smua ,,namun taq mungkin ...

knpa kalian dtg dan prgi bgtu sja dlm hidup q??
aq hnya ingin kalian slalu ad utk q dan
mw mnjadi shabat trbaikq ,,,
yg dtg dan taq prnh prgi walau apapun yg trjadi...:A

utk saat ini ap yg hruz q prbuat utk mnghentikan rsa kesepian ini...??
bgitu bnyak crita yg ingin q bagikan utk kalian..."
ingin q kluarkan smua prasaan q trhdap kalian,,,
dan d saat aku membutuhkan kalian ,,,
kalian menghilang sprti debu yg tertiup oleh desiran angin..

Tuhan izinkan kami sprti dulu lgi,,
dan izinkan mreka mnjadi shbat trbaikq..
smoga kita bisa bekerja sama dan bisa mnempatkan diri pada situasi trtentu...


Wednesday, September 12, 2012

KeanEhan Dan KenyATaan











KonSep HIndu





anak.jpg          Anak merupakan anugerah. Dalam pandangan Agama Hindu, seorang anak merupakan pewaris sekaligus penyelamat bagi orang tua dan para leluhur. Begitu pentingnya peran dan kedudukan seorang anak, maka setiap keluarga tentu mengharapkan lahirnyaseorang anak yang suputra, seorang anak yang berwatak dan berkarakter baik, berbakti kepada orang tua dan leluhur serta taat kepada ajaran agama. Watak dan karakter seorang anak sesungguhnya dapat dibentuk melalui pendidikan. Ibarat kertas putih bersih, maka seperti itulah perumpamaan bagi seorang anak yang baru lahir. warna, corak dan karakternya tergantung dari goresan pendidikan yang diberikan dalam hal ini pendidikan oleh orang tua dan lingkungan.
           
          Dalam konsep Hindu, mendidik seorang anak dimulai semenjak dalam kandungan. Hal ini termuat dalam lontar Semara Reka dan Angastya Prana. Untuk dapat mendidik anak agar menjadi seorang yang suputra, maka terlebih dahulu orang tualah yang harus merubah dirinya menjadi orang tua yang baik. Karena itu dianjurkan dalam satra agar seorang ibu mengandung setelah melalui proses upacara perkawinan. Disamping menghindari pengaruh beban psikis jika hamil sebelum melangsungkan upacara perkawinan, setelah melalui upacara perkawinan maka sanghyang kama ratih dalam diri orang tua telah disucikan sebelum bertemu dan menjadi benih.  Hal ini sangatlah penting karena ibarat menanam benih maka benih dan ladang harus dibersihkan dan disucikan terlebih dahulu untuk mendapat hasil yang baik.

YUgA




meditasi_anak_anak.jpg          Di dalam weda, jaman di dalam kehidupan manusia kelompokan menjadai 4 jaman, yaitu Kerta Yuga atau Tirtha yuga, Treta Yuga, Dwapara Yuga, dan Kali Yuga. Dari ke empat jaman tersebut yang paling sering dibicarakan adalah jaman Kali Yuga. Banyak dari kita yang tidak mengerti, kenapa, kapan dan  bagaimana jaman itu bisa beralih dari jaman yang satu ke jaman yang lainnya. Menurut pengamatan pedanda dan juga bersumber dari sastra - sastra agama yang pernah pedanda baca, sesungguhnya manusialah yang menyebabkan jaman itu berganti. Manusialah sebagai penentu kapan jaman Kali Yuga itu datang, kapan dia akan berakhir dan kapan jaman Kerta itu akan datang. Melalui tulisan ini pedanda ingin berbagi sebuah resep tentang bagaimana melewati jaman Kali Yuga ini.
          Para leluhur kita telah memberi kita banyak sekali contoh, begitupula alam yang setiap saat memberi kita sinyal -sinyal, tetapi kita tidak mampu membaca contoh leluhur kita dan menangkap suara - suara alam. Salah satu contoh yang pedanda kemukakan adalah tentang filsafat kepiting dan seekor belut. Suatu ketika saat pedanda memberikan dharma wacana di Pura Candi Rawi di daerah Jembrana, sesaat setelah dharma wacana pedanda disuguhi makanan yang lauknya membuat pedanda sedikit heran.  Yang pertama adalah seekor kepiting besar lengkap dengan capitnya, dan yang kedua adalah belut yang besar, sebesar ibu jari. Yang menghaturkan makanan tersebut mengatakan bahwa di daerah mereka jika menghaturkan rayunan pedanda maka diharuskan berisi kepiting dan belut, itu merupakan tradisi dan warisan leluhur yang ada di sana.  Kira - kira apa artinya? Kenapa para leluhur kita sampai mewariskan tradisi seperti itu? Inilah yang pedanda katakan sebagai salah satu contoh yang berupa sinyal - sinyal dari alam. Pedanda mencoba memahami maksud yang terkandung dari warisan leluhur tersebut.  Akhirnya penda memahami bahwa lauk kepiting itu bersumber dari cerita tantri yaitu kisah pedanda baka yang tewas di capit kepiting.

ZamAn KAliyugA







Dalam ajaran agama HinduKaliyuga (Dewanagari: कलीयुग) (disebut juga "zaman kegelapan") adalah salah satu dari empat jenjang zaman yang merupakan siklus dari Yuga. Jenjang yang lain bernama DwaparayugaTretayuga, dan Satyayuga. Menurut Surya Siddhanta (kitab ilmu astronomis yang menjadi dasar perhitungan kalender Hindu dan Buddha), Kaliyuga dimulai tengah malam pada pukul 00.00 (atau 24.00), pada tanggal 18 Februari 3102 SM menurut perhitungan kalender Julian,[1] atau tanggal 23 Januari 3102 SM menurut perhitungan kalender Gregorian, yang mana pada saat tersebut diyakini oleh umat Hindu sebagai saat ketika Kresna meninggal dunia. Kali Yuga berlangsung selama 432.000 tahun. Pada zaman Kaliyuga, tingkat moralitas yang tersisa hanya seperempat dari yang ada pada zaman Satyayuga, sehingga lembu dharma hanya berdiri dengan satu kaki saja.